Bayangkan, Anda datang kepada seorang wanita yang selama ini Anda
panggil Ibu, lalu bersimpuh di hadapannya. Lalu ia membalas memeluk
Anda, dengan penuh perasaan cinta-kasih, lalu rasakan tangannya yang
lembut itu, yang mungkin sedikit bergetar…..karena usianya yang telah
melemahkan otot dan syaraf motoriknya,…tetapi dengan menegarkan diri dia
mendekap Anda sekuat yang dia bisa,…rasakan dekapannya…bayangkan diri
Anda tenggelam dalam pelukan cinta yang tulus dan penuh pengorbanan dari
seseorang yang Anda panggil IBU….
Apakah yang istimewa dari
sentuhan seorang ibu terhadap anaknya? Seorang bayi pasti sangat tidak
paham dan tidak peduli apakah ibunya cantik seperti bidadari ataukah
sebaliknya, karena kecantikan lahiriah hanyalah bias pencitraan terhadap
persepsi visual yang terbangun, persepsi realitas internal manusia atas
realitas eksternalnya. Tetapi sang bayi, tentu sangat bisa membedakan
manakah ibunya atau bukan ibunya, dari merasakan sentuhan tulus seorang
wanita yang disebutnya ibu. Sekalipun wanita itu tidak benar-benar
melahirkannya.
Sentuhan tangan yang berasal dari seseorang yang
berhati tulus, penuh cinta kasih, sungguh benar-benar mengandung energi
luar biasa. Konon sentuhan seorang ibu yang penuh cinta-kasih di kepala
seorang bayi mampu merangsang kecerdasan sang bayi. Ketika sang bayi
beranjak dewasapun, pelukan kasih seorang ibu mampu menurunkan demam dan
berbagai macam penyakit lainnya. Seorang teman saya yang pengusaha
mengaku, setiap kali ia memeluk dan mencium lutut ibunya, setelahnya
seakan dia mendapatkan energi baru, dan keputusan-keputusan cemerlang
segera dapat dilakukannya. Dan yang pasti, katanya, cinta kasih sang ibu
selalu meginspirasinya dalam menghadapi berbagai persoalan terhadap
bawahannya. Masalah mengelola kinerja human capital di dalam
perusahaannya menjadi sangat efektif, karena dia menempatkan dirinya
sebagai seorang ‘ibu’ yang berhati tulus bagi anak-anaknya, yang tidak
lain adalah para karyawan.
Teman saya ini memiliki resep jitu
dalam mengelola bawahan, apakah itu? KOMUNIKASI. Ya, komunikasilah kunci
semuanya, demikian dia berfilosofi. Dan, ternyata kunci dari komunikasi
adalah mendengarkan. Resep ini terinspirasi dari cara ibunya mendidik
dirinya dan saudara-saudaranya. Ibu adalah sosok yang paling sabar dalam
mendengarkan keluhan dirinya dan saudara-saudaranya.
Teman saya
ini benar. Bagaimana mungkin kita bisa mengambil konklusi secara tepat
terhadap substansi masalah yang dikemukakan seseorang, jika kita tidak
memiliki kemampuan mendengar dengan baik? Lalu bagaimana mungkin kita
bisa membuat solusi brilian, jika kita tidak mampu menangkap substansi
masalahnya? Jadi, sesungguhnya yang dimaksud dengan berkomunikasi
efektif adalah mendengarkan. Bagaimana mungkin kita dapat mendengar
informasi lebih jernih dan objektif, jika kita bersuara keras (vokal)
atas orang lain? Kenapa kita tidak bisa lebih sabar sejenak mendengarkan
dengan tuntas, tulus, dan penuh perhatian, sehingga kita dapat menyerap
dengan baik semua informasi yang kita butuhkan untuk memberi respon
yang tepat?
Lalu, bagaimanakah caranya agar kita menjadi lebih
mampu dan sabar mendengarkan? Tidak lain, adalah hati yang tulus,
didasari rasa cinta kasih, hati yang cenderung pada kebaikan dan
kejujuran! Bukankah suasana hati yang buruk dapat menyebabkan kesulitan
dalam menyampaikan sesuatu? Jika suasana hati kita sedang kacau, maka
yang kita sampaikan juga cenderung kacau-balau. Sebaliknya, begitu pula
suasana hati lawan bicara kita, akan kacau, jika kita tidak memberinya
kesempatan yang baik dan kondusif untuk berbicara. Memberinya kesejukan,
akan kita dapatkan kesejukan.
Jadi, hati yang tulus menjadikan
kita sebagai pendengar yang baik, pendengaran yang baik, membuat kita
mampu berkomunikasi dengan baik, berkomunikasi yang baik menjadikan kita
pribadi yang efektif. Komunikasi yang efektif dapat memecahkan banyak
persoalan hidup, termasuk di dalamnya persoalan bisnis. Maka,
mendengarlah dengan hati. Bukan dengan telinga! Lalu, berbicaralah
dengan hati, maka pendengarpun akan mendengarkanmu dengan hati.
Be a leader with the heart, and win a million hearts! Memimpinlah dengan hati, maka akan kau menangkan jutaan hati…….
By Yafiz
By Yafiz
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar mu sob !!!